Selasa, 19 Mei 2009

Minimnya Tayangan Pendidikan di Televisi Kita

Oleh : ARIE SUSANTO, S. Pd

Guru SMA 1 Rowosari Kab. Kendal

Tayangan acara televisi yang mendidik dan bertema pendidikan berdasarkan survey interaktif acara Padamu Negeri Metro TV masih sangat kecil. Dan acara – acara yang tidak mendidik itu ditayangkan pada waktu yang kurang tepat bagi anak yaitu antara jam 15.00 WIB sampai dengan 21.00 WIB.

Jika kita menelusuri perkembangan televisi di Indonesia, sebelum tahun 1980-an, televisi masih menjadi barang langka. Di kampung/desa hanya segelintir orang yang memiliki televisi di rumahnya. Biasanya orang tersebut menduduki jabatan penting di desanya sebagai kepala desa/lurah. Sehingga jika warga masyarakat akan menonton tayangan televisi, mereka mendatangi rumah yang ada televisinya. Keadaan ini pun melahirkan keakraban antara satu dengan yang lain dan terjadi saling menukar informasi serta tema acara dan amanat yang terkandung didalamnya langsung didiskusikan.

Ditahun- tahun berikutnya, orang yang memiliki televisi makin bertambah dan kini tiap rumah dapat dikatakan pasti terdapat televisi bahkan ada yang dalam satu rumah memiliki lebih dari satu televisi dengan ukuran dan model bervariasi. Perubahan ini menimbulkan dampak sosial bagi komunitas masyarakat. Mereka tidak lagi berkumpul sekedar menonton televisi karena lebih memilih tinggal di rumah. Keakraban menjadi menipis dan interpretasi terhadap tema dan amanat yang ada pada tayangan acara berbeda sesuai dengan ketajaman berpikir, tingkat pendidikan, usia dan wilayah tempat tinggal.

Dilihat dari perkembangan psikologisnya, anak usia sekolah memiliki kecenderungan untuk meniru maka sebaiknya mereka perlu didampingi ketika menonton tayangan televisi yang acaranya masih saja bertema seputar cinta anak remaja dengan beragam konflik, iri, dendam, infotainment dan tayangan lain yang tidak mendidik. Jadi seolah – olah yang dihadapi anak di masa sekolah adalah hal – hal itu saja, padahal banyak kegiatan yang bisa mengembangkan potensi mereka melalui kegiatan ekstra kurikuler, belajar kelompok, bermain dengan teman sebaya atau melakukan riset – riset sederhana.

Sebenarnya televisi membawa banyak manfaat. Televisi dapat dijadikan sebagai media informasi aktual dan lebih cepat bila dibandingkan dengan media cetak. Pemerintah maupun lembaga yang berkompeten dapat menggunakan televisi sebagai alat untuk menyampaikan kepentingannya, informasi, fakta dan peristiwa pada masyarakat. Dan masyarakat dapat mendapatkan informasi – informasi yang dibutuhkan.

Televisi adalah media promosi yang efektif. Banyak produk – produk yang diiklankan di televisi. Apalagi menjelang pemilihan kepala daerah atau pemilihan umum bisa memanfaatkan televisi sebagai kampanye bagi partai politik dan orang yang dicalonkan menjadi kepala daerah dan kepala pemerintahan lainnya.

Melalui televisi, masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan baik politik, ekonomi, kesehatan, budaya, olahraga, pendidikan dan teknologi. Selain itu televisi merupakan lahan bisnis yang menguntungkan serta sarana hiburan murah dan mudah diakses oleh masyarakat.

Dari banyaknya manfaat itu, pemerintah, lembaga dan insan – insan pertelevisian seharusnya lebih serius untuk memperbanyak tayangan yang mendidik dan bertema pendidikan sebab masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana berlalu-lintas yang baik, mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tata cara menyampaikan aspirasi,pentingnya kesehatan, pelestarian lingkungan, program – program pemerintah terutama yang berkaitan dengan pendidikan.

Padahal masih banyak budaya dan keeksotisan alam Indonesia belum dimaksimalkan sebagai sebuah tayangan yang menghibur, kejadian dan fenomena yang diangkat menjadi film atau sinetron serta minimnya tema – tema pendidikan yang menjadi acara – acara televisi seperti profil sekolah, universitas, metode dan strategi pembelajaran baik sekolah di Indonesia maupun luar negeri sebagai bahan studi banding.

Manajemen penayangan acara televisi perlu ditata lebih baik. Misalnya acara keagamaan tidak harus ditayangkan menjelang atau setelah waktu subuh tetapi ditayangkan pada sore hari karena jika masih ditayangkan terlalu pagi, segmen penontonnya hanya orang – orang yang justru terbiasa bangun pagi dan memiliki pemahaman agama yang baik. Sehingga tidak menyentuh segmen penonton yang sebenarnya sangat membutuhkan penyegaran kesadaran rohaniah.

Selain itu harus ada perubahan paradigma bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang paling menguntungkan bagi kemajuan dan peradaban bangsa dan Negara dibandingkan dengan keuntungan materi sesaat dari tayangan - tanyangan acara televisi yang tidak mendidik. Dan biarlah tontonan menjadi tuntunan asalkan tontonan itu mendidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar