Kamis, 02 April 2009

Matematika ( Masih ) Ditakuti Siswa


OLEH : ARIE SUSANTO, S.Pd

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tiap tingkatan pendidikan, mulai dari sekolah dasar yaitu SD dan SMP maupun SMA/SMK bahkan di tingkatan pendidikan yang lebih tinggi, matematika dijadikan sebagai mata kuliah. Tidak hanya itu saja, matematika juga dikenalkan sejak dini kepada anak – anak, misalnya pengenalan angka, membilang dan menghitung.

Selain itu, matematika digunakan sebagai alat tes untuk penerimaan mahasiswa baru, tes memasuki dunia kerja di lingkungan swasta maupun di pemerintahan seperti tes CPNS serta masih banyak lagi manfaat matematika di tiap segi kehidupan.

Mengapa Matematika Sulit ?

Namun hingga saat ini, mata pelajaran matematika masih dianggap sulit oleh siswa. Lebih – lebih masih ada siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang ditakuti. Siswa dihinggapi rasa takut jika diminta untuk mengerjakan soal – soal di depan kelas. Bahkan ada siswa yang merasa enggan untuk berangkat ke sekolah apabila hari itu ada mata pelajaran matematika apalagi jika ada penugasan/PR. Sedangkan orangtua juga merasa kesulitan ketika anaknya bertanya tentang matematika karena kesibukan sehingga tidak ada waktu senggang atau memang kemampuan matematikanya kurang. Meskipun sebagian siswa yang lain menjadikan matematika sebagai mata pelajaran yang menyenangkan.

Hal ini disebabkan karena karakteristik matematika itu sendiri yang bersifat abstrak terutama bagi siswa di tingkatan SMA/SMK dan untuk menguasai matematika dibutuhkan ketekunan. Untuk mempelajari matematika tidak bisa hanya dengan memperhatikan apa yang disampaikan guru dan membaca saja, melainkan harus banyak berlatih mengerjakan soal – soal.

Pembelajaran yang menyenangkan

Melihat kenyataan yang demikian, maka guru harus lebih jeli untuk merencanakan pembelajaran, memilih model pembelajaran dan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satu cara untuk dapat merubah imej siswa terhadap matematika adalah dengan memberikan motivasi akan pentingnya mempelajari matematika dan yang lebih mendasar lagi adalah mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan sebab siswa akan lebih mudah untuk mempelajari sesuatu jika hatinya merasa senang dan nyaman.

Tidak sedikit siswa yang motivasi belajarnya dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dialami dan gurunya. Untuk mengembangkan pembelajaran yang tidak membosankan, guru dapat mencoba berbagai model dan strategi pembelajaran yang acuannya dapat diperoleh melalui buku – buku mengenai model pembelajaran maupun melalui internet.

Guru juga dapat memberikan joke – joke segar untuk mengurangi kepenatan siswa setelah mempelajari matematika dan mata pelajaran lainnya. Dan jangan dikesampingkan juga penampilan guru itu sendiri. Sebisa mungkin guru dapat berpenampilan baik dan wajahnya senantiasa memancarkan semangat optimis karena guru sebenarnya seperti presenter/MC yang akan menyajikan materi atau seorang entertainment yang hadir untuk menghibur bagi anak didiknya.

Guru Bukanlah Raja

Model dan strategi pembelajaran selalu disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tidak ada model pembelajaran terbaik, yang ada adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa bukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat dan paling disukai oleh guru. Karena siswalah subjek pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.

Dewasa ini pembelajaran yang berpusat pada guru (guru sentris) tidak relevan lagi. Kemampuan, kreatifitas dan potensi siswa akan sulit muncul jika pembelajaran tersebut masih dikembangkan. Guru seharusnya memberi banyak ruang bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan potensinya. Interaksi antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa lebih dikedepankan. Pembelajaran yang interaktif seperti ini akan memacu siswa untuk mengeluarkan ide – idenya.

Karakteristik siswa yang suka berkelompok dapat dimanfaatkan dalam pengembangan pembelajaran yang kooperatif. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar untuk mendiskusikan materi pelajaran, apalagi dalam mata pelajaran matematika yang dibutuhkan banyak latihan untuk mengerjakan soal. Melalui pembelajaran ini akan mengeliminir kekurangan siswa dalam penguasaan konsep karena siswayang lain memberitahu dengan pembelajaran teman sebaya. Dan biasanya siswa yang merasa kurang dalam penguasaan materi akan lebih suka bertanya pada temannya daripada dengan guru.

Agar lebih memacu siswa untuk belajar matematika adalah pemberian penghargaan (reward) dari guru kepada siswa, misalnya dengan memberi penambahan nilai. Meski matematika itu sendiri secara tidak langsung memberi reward pada siswa ketika siswa mampu menyelesaikan soal –soal matematika berupa kepuasan dan perasaan senang. Dengan reward dari guru akan lebih menambah motivasi belajar siswa tersebut serta memacu siswa lain berusaha mendapatkan reward dari guru.

Bagaimanapun juga guru mempunyai ikatan emosional dengan anak didiknya serta tanggung jawab dari orangtua dan masa depan anak didiknya sehingga model, metode dan strategi apapun asalkan memberi pengaruh positif dan pengalaman belajar yang bermakna seharusnya dilakukan oleh guru agar motivasi belajar siswa meningkat dan ketakutan siswa terhadap matematika dapat dihilangkan.